Gedung B.
Bangunan ini menunjukkan ciri arsitektur khas gaya Belanda dapat dilihat dari bentuk bangunan yang memanjang dan bertingkat. Bangunan ini merupakan hasil rekonstruksi oleh SPSP Sulselra yang sekarang berubah nama menjadi BPCB Sulawesi Selatan karena keadaannya yang sangat hancur akibat perang. Bangunan ini tidak memiliki cerobong asap semu seperti bangunan lainnya dalam benteng. Pada bagian lantai II terdapat serambi seperti arsitektur lokal Bugis-Makassar. Luas bangunan adalah 104 m 2 , menghadap ke timur yang membujur dari utara ke selatan. Bangunan ini dahulu keadaannya sangat hancur karena terkena bom, setelah direhabilitasi tahun 1994, bangunan ini terdiri dari empat buah ruangan, namun sebuah ruangan di sebelah utara masih dalam keadaan rusak dan sekarang dipergunakan sebagai gudang. Jadi hanya tiga ruangan saja yang dapat difungsikan sampai sekarang. Atap terbuat dari semen dan berbentuk datar, kecuali pada bagian selasar atap tersusun dari genteng dan bentuknya miring. Dahulu bagian atas bangunan ini dipergunakan sebagai tempat perwakilan dagang dan bagian bawah difungsikan sebagai sel Bangunan tersebut menunjukkan gaya arsitektur Renaisans. Gaya arsitektur Renaisans terlihat pada bentuk pilarnya yang menggunakan gaya Romawi yaitu sistem entasis dan order dorik. Bangunan ini tidak mempunyai atap, karena bagian atasnya tidak dapat direkonstruksi lagi karena keadaannya sangat hancur.