KOLEKSI : Perahu Pinisi
Menurut naskah lontarak 1 La Galigo, pinisi pertama kali dibuat oleh Sawerigading putra mahkota kerajaan Luwu untuk digunakan berlayar ke negeri Tiongkok meminang dan memperistri putri bernama We'cudai. Konon sekembalinya ke tanah Luwu kapal di terjang gelombang besar dan pinisi terbelah menjadi tiga bagian, belahannya terdampar di desa Ara, tanah Beru, dan Lemo-Lemo di Kab. Bulukumba, ketiga desa tersebut kembali merakit pecahan kapal menjadi perahu yang dinamakan perahu Pinisi.
Piniisi adalah kapal layar tradisinional khas suku Bugis-Makasssar di Sulawesi Selatan, tersebut. dari bahan kayu yang umumnya memiliki dua tiang utama dan 7 helai layar yang mempunyai makna bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengarungi tujuh samudera besar di dunia. Pinisi telah digunakan oleh pelaut Bugis-Makassar sejak ratusan tahun lalu sebagai alat transportasi juga digunakan sebgaai armada perang dan perdagangan antar pulau. Demikian mendarah dagingnya jiwa kebaharian orang Bugis-Makassar, sehingga tidak heran jika kondisi tersebut telah membentuk watak para pelaut yang kuat memegang prinsip dengan motto 'kualleangi tallangan na toalia' yang artinya lebih baik tenggelam dari pada kembali kedaratan. Sultan Hasanuddin (Raja Gowa) dijuluki oleh belanda Ayam Jantan dari Timur' karena kekuatan armada laut yang dibangun pada waktu itu, meliputi Sulselra serta Nusatenggara (sumbawa dan sekitamya).